Kasih Ibu, Warisan Terbesar Sepanjang Sejarah Manusia (Tausiah dalam rangka Memaknai Hari Ibu)

Oleh  : Tim BPKK (Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga) DPP PKS 

Cinta kasih  dan perhatian Ibu kepada putra putrinya, adalah karunia terindah  dari Allah, warisan terbesar, yang layak dijaga dan diwariskan kembali kepada generasi berikutnya sehingga terus tersambung. Hanya itulah cara mempertahankan kehidupan manusia agar abadi, agar sifat sopan dan santun tetap ada, serta agar peradaban dan kemuliaan  manusia tetap terjaga.  Semoga Allah merahmati Ibu kita, yang dengan tulus mewariskan cintanya. Selayaknya kini orang tua berhak mendapatkan bakti, cinta dan doa dari kita semua. 

Mari  simak kisah-kisah berikut, semoga menginspirasi kita. 

Kisah nyata Pertama : 

Kami keluarga besar, sebelas bersaudara kami dididik langsung oleh Ibunda untuk mulai mengenal Al Qur’an, bahkan sejak kami masih dalam kandungan. Lantunan murotal Al Qur’an di rumah menjadi kebiasaan, kami rasakan  sangat membantu  untuk memudahkan menghafal Al Qur’an. Ibunda selalu mendidik kami dengan baik, membaca, mengenal angka dan huruf  hijaiyah dan latin, matematika dan menggambar, beliau sendiri  yang pertama kali mengajarkan kepada kami, sebelas anak-anak Ibunda. Betapa Ibunda adalah sosok inspirasi bagi kami. Alhamdulillah dengan motivasi, kesabaran dan ketulusan Ibunda, Allah karuniakan kami keberkahan menghafal Al Qur’an. 

Sesuatu yang menginspirasi Ibunda dalam mendidik kami, adalah pengalaman masa kecil beliau dididik oleh nenek sebagaimana penuturan  Ibunda : 

“Setiap kali ada pertanyaan bagaimana Ibu mendidik anak agar dekat dengan Al Qur’an, setiap itu pula Ibu teringat almarhumah nenek. Nenek membiasakan Ibu dan saudara-saudara kandung untuk shalat dan mengaji. Setiap malam tanpa lelah nenek senantiasa mengajar Ibu membaca Al Qur’an, terus mengulang-ulang, sampai nenek memastikan bacaan huruf hijaiyah ibu sudah benar. Bagaimana mengucap ‘ain, kha, ha, dst. Dan sepanjang itu pula, nenek tidak pernah memarahi atau membentak Ibu jika kesulitan membaca.  Secara rutin pula nenek mengajak Ibu untuk hadir di majelis kajian tafsir Ibnu Katsir, dan ini sangat membekas bagi Ibu. Untuk mendidik shalat tepat waktu, terutama shalat subuh, nenek setiap hari selalu menyetel  radio cendrawasih dengan lantunan kalimat tahrimnya, agar Ibu dan saudara saudaranya segera bangun untuk menunaikan shalat subuh. Hal ini akan diulang menjelang maghrib, dengan memperdengarkan bacaan  Al Qur’an dari radio. 

Kami, anak-anak Ibunda, selalu berharap bahwa seluruh ketulusan Ibunda dalam mendidik kami,  menjadi salah satu realisasi bakti Ibunda kepada nenek. Inilah warisan cinta, ketulusan, kasih sayang dan kesabaran. Warisan peradaban manusia sepanjang masa.  

Jika seorang anak Adam meninggal dunia, semua amalnya terputus, kecuali tiga hal, yakni anak yang shaleh, ilmu yang bermanfaat dan shadaqah jariyah  (H.R. Muslim)

Kisah nyata kedua  : 

Beberapa  hari  Ibuku di rawat di rumah sakit  karena penyakit  yang mulai parah.  Ayah, kami,  anak-anaknya, serta saudara-saudara Ibu bergantian menjaganya di rumah sakit. Sampai suatu  saat sehari sebelum meninggalnya, Ibuku terlihat lebih sehat dan lebih segar dari hari sebelumnya. Dengan kondisi yang demikian, ayah memutuskan pulang istirahat di rumah.  Alasan lain, karena  ayah ingin menemaniku  yang sedang sakit gigi. Sementara Ibu di rumah sakit, dijaga oleh kakak adik Ibu. 

Malam hari itu, Ibu, dari rumah sakit sempat mengkontak, dan memintaku untuk datang dan menemani beliau di rumah sakit. Entah kenapa, dengan alasan karena sedang sakit gigi, aku  terpaksa tidak bisa memenuhi keinginan Ibu. Pagi harinya, karena sakit gigi sudah agak membaik, seperti biasa kami berangkat ke sekolah, diantar Ayah. Pulang ke rumah, Ayah baru merasakan ada sesuatu yang berbeda, beberapa tetangga  terlihat  menunjukkan perasaan iba, dan   meminta beliau segera ke rumah sakit, tanpa memberi tahu apa yang terjadi pada Ibuku.

Innalillahi wa inna ilaihi raaji’un, sudah beberapa waktu yang lalu, tepatnya jam 05.30 pagi, Ibuku tercinta telah dipanggil Allah swt. Betapa sangat sedih dan menyesal diri ini, merasa bersalah, kenapa tadi malam tidak bersegera memenuhi  keinginan Ibu. Dari sini kami belajar,  dan senantiasa mengingatkan kepada teman, bahwa, APAPUN, segala SESUATU URUSAN TENTANG IBU, HARUS SENANTIASA KITA PRIORITASKAN. Kita boleh sibuk dengan segala macam agenda, di tempat kerja, di masyarakat, dan di manapun, kita harus selalu memprioritaskan urusan berbakti kepada Ibu, apalagi dalam kondisi darurat dan kritis Ibu memerintahkan sesuatu yang sejalan dengan perintah Allah, segera kita sambut, jangan sampai penyesalan itu senantiasa menggelayuti perasaan  kita. 

Kisah  nyata ketiga : 

Kami keluarga besar, tigabelas bersaudara dari Eyang kakung yang memiliki 20 putra putri. Ayah menemani kami sampai usia beliau 92 tahun, Ibu menemani kami sampai usia beliau 85 tahun. Ayah tanpa Ibu tak ada artinya. Apapun yang kita berikan kepada Ibu, tak pernah sebanding dengan perjuangan mengandung 9 bulan sampai melahirkan, serta kesabaran yang nyata telah beliau lakukan sepanjang hidup. Sepanjang hidupnya adalah perjuangan untuk mempertahankan generasi. Bahkan di usia tua rentanya, saat kami pulang kampung, masih mengingatkan dengan lirih : ”sudah sholat ashar belum… “ ayo sudah waktunya buka puasa..“, padahal usia kami sudah 30 tahun,  dan cinta Ibu tak pernah berkurang. Karunia cintaMu, begitu besar Engkau titipkan pada Ayah Ibu. Inilah warisan terbesar kepada manusia, yang dititipkan lewat Ibu. Semoga kami bisa menjaga warisan suci ini. 

Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw, beliau bersabda : “Sungguh rugi, sungguh rugi, sungguh rugi, orang yang mendapatkan kedua orangtuanya, baik salah satu atau keduanya telah lanjut usia, tetapi ia tidak masuk syurga.” (Riwayat Muslim) 

Kisah nyata keempat 

Kami tujuh bersaudara, dari keluarga ekonomi lemah. Ayah dipanggil menghadap Allah 30 tahun terlebih dahulu dibanding Ibu. Seorang diri ibu membesarkan kami dengan berjualan lontong sayur. Ketegaran, kesabaran, kelembutan serta ketulusan kasih sayang ibu selalu kami rasakan. Sejak kelas 2 SD, Ibu senantiasa menasehati kami, untuk tidak merokok. Nasehat ini sampai sekarang terus membekas. Alhamdulillah saya tidak pernah tertarik untuk merokok, karena selalu teringat dengan nasehat ibu. Padahal, teman teman sebaya, bahkan sejak kelas 2 SD, sudah terbiasa merokok. Lingkungan rumah kami sungguh sangat tidak kondusif untuk tumbuh kembang, baik dari sisi kesehatan, apalagi moral. Jarak rumah kami tidak jauh dari tempat lokalisasi Wanita Tuna Susila. Alhamdulillah, berkat didikan ibu, saya tumbuh menjadi  pemuda yang dekat dengan agama. 

Setahun sebelum ibu meninggal, karena tuntutan pekerjaan, kami tinggal di pulau lain. Meski jauh, kami selalu menguatkan niat untuk sesering mungkin menengok Ibu di kampung. Dengan penghasilan pas-pasan sebagai seorang pegawai biasa di kota Kabupaten, saya terus berusaha untuk menjenguk Ibu. Alhamdulillah karena kecintaanku pada beliau,  karunia Allah, saya bisa bolak balik sepuluh kali dalam setahun, menengok ibu. Motivasinya adalah kalimat ibu, “Ibu  senantiasa merasa senang saat bisa berkumpul bersama anak-anak dan cucu-cucu”. Di akhir hayat Ibuku, alhamdulillah saya bisa pulang kampung bersama istri dan kelima anak. Jika berhitung secara materi matematika manusia tidak mungkin bisa, bagaimana kami bisa mendapatkan biaya pulang kampung lengkap dengan anak istri. Tetapi alhamdulilah, dalam dekapan cinta ibu, kami merasakan rejeki Allah senantiasa mengalir dengan berkah. Benarlah sabda Rasulullah saw : 

"Barangsiapa ingin panjang umur dan beroleh rizqi melimpah ruah, maka hendaklah dia berbakti kepada orangtua dan menyambung tali persaudaraan." (HR Imam Ahmad dari Anas bin Malik).

Rasulullah juga  menegaskan, bahwa barangsiapa berbakti kepada orangtua, maka dia akan memperoleh kebahagiaan panjang umur yang penuh keberkahan. (HR. Imam Abu Ya'la dan Thabrani bersumber dari Mu'adz bin Jabal)

Kisah nyata kelima 

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari, ibuku menanam dan berjualan daun sirih, ayah sudah lama menderita sakit paru paru. Ibu selalu bersemangat, dan mengajarkan pada kami, 6 anaknya, untuk tidak pernah berputus asa dalam menghadapi segala permasalahan hidup. Saat saya kuliah, ibu tidak pernah memiliki biaya sedikitpun, sehingga beliau menentang dan  menolak keras. Namun tak ada berputus asa, saya sampaikan kepada ibu, bahwa karena cinta saya kepada ibu, keinginan membahagiakan ibu, serta kesadaran penuh untuk terus menuntut ilmu, “Insya Allah akan kerja keras untuk bisa membiayai kuliah“. Selama 4 tahun kuliah, alhamdulillah, uang SPP semester dan keperluan hidup sehari hari dapat ditutupi dengan bekerja apa saja yang penting halal. Pernah  menjadi  penjaga gudang,  mengajar  les privat, menulis di majalah  dan koran dan pekerjaan lain saya jalani agar tidak membebani  Ibu untuk biaya  kuliah. Alhamdulillah dari hasil kerja tersebut, bahkan saya bisa membantu Ibu untuk tambahan biaya  di dapur. Semua ini saya lakukan karena kecintaan saya kepada Ibu, sebagai seorang anak, saya ingin Ibu bahagia bisa melihat anak-anaknya sukses dan menjalani kehidupan yang lebih baik.  Setiap saat saya selalu minta didoakan Ibu untuk kesuksesan segala sesuatunya, demikian juga, tak pernah berhenti senantiasa ku do’akan Ibu. 

Jika kita masih berkesempatan berjumpa dan dekat dengan Ibu yang masih hidup, semoga tak pernah menyiakan waktu untuk menatap wajah beliau yang sudah penuh dengan keriput.. Tatap  wajah Ibunda dengan penuh kerinduan, ketulusan dan kasih sayang. Semua itu akan menghadirkan keridhoan Allah swt. Doa dan sapaan lembut kita, akan membawa kebahagiaan bagi Ibunda tercinta yang telah bersusah payah melahirkan, merawat dan mendidik kita. Bahkan nyawapun menjadi taruhan, demi anak anaknya. Ibu…. Wanita terbaik di seluruh dunia.

Bagi ikhwah yang sudah tidak bisa berjumpa lagi dengan Ibunda di dunia, kita masih dan tetap punya banyak kesempatan untuk menunaikan bakti padanya. Doa, menunaikan wasiat dan amanahnya, menyambungkan persahabatan dengan sahabat-sahabat Ibunda, dan berbakti pada saudara ibu (bibi). 

Dari Al Barra bin Azib, ra, dari Nabi saw, beliau bersabda : “Bibi (saudara ibu) itu  sama kedudukannya dengan ibu  (Hadits riwayat Tirmidzi) 

SELAMAT HARI IBU
_________________________________________


SYIAR UNTUK KADER DALAM MEMAKNAI HARI IBU 2015

Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah berbuat baik kepada Ibu Bapak, jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “Ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah pada keduanya perkataan yang baik. 

Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang, dan berdoalah : “Wahai Rabbku, sayangilah keduanya, sebagaimana keduanya telah mendidikku di waktu aku kecil“  (QS. Al Isra : 23-24). 

Dalam rangka memaknai hari ibu tanggal 22 Desember 2015, BPKK (Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga), telah merancang beberapa kegiatan, yang dilakukan oleh struktur BPPK sampai tingkat DPD. 

Tema umum kegiatan hari Ibu tahun 2015 adalah : 

“Ibu, Pelopor dalam Berkhidmat untuk Bangsa dan Negara” 

Adapun program yang diharapkan bisa dilakukan oleh seluruh kader PKS dalam semua jenjang, adalah  aksi berikut : 

1. Membaca, menghayati dan mengamalkan isi tausiah  memaknai hari ibu (terlampir). 

2. Melakukan aktifitas Birrulwalidain khususnya kepada Ibu dengan aksi berikut : 

A. Bagi kader yang orang tuanya masih hidup 

i. Minimal menyapa ibu lewat telepon, dan menyampaikan ungkapan terima kasih dalam makna yang luas 

ii. Mengunjungi  Ibu

iii. Mengajak ibu untuk makan bersama 

iv. Memberikan hadiah spesial untuk Ibu 

v. Mengontrol dan memperhatikan kesehatan Ibu 

vi. Mengajak dan mengkondisikan anak-anak untuk menghargai Ibu mereka (istri kader), memberikan hadiah kepadanya 

vii. Dari Ibu (kader) untuk anak : “mengontrol lemari pakaian dan buku anak-anak “ 

B. Bagi kader yang orang tuanya sudah meninggal 

i. Ziarah ke kubur orang tua/Ibu 

ii. Mendokan orang tua secara khusus. 

iii. Jika masih ada bibi (kakak adik ibu), memberi hadiah khusus kepada beliau, karena kedudukan bibi sama dengan ibu (Hadits Riwayat Tirmidzi).

iv. Berkunjung ke teman dekat atau kerabat ibu/orang tua yang masih hidup

3. Aksi dilakukan mulai tanggal 15 – 29 Desember 2015, dan dilaporkan pelaksanaannya melalui  kegiatan UPPA.

Demikian, semoga Allah swt melimpahkan keberkahan dalam aksi  birrul walidain  yang kita lakukan.

0 Response to "Kasih Ibu, Warisan Terbesar Sepanjang Sejarah Manusia (Tausiah dalam rangka Memaknai Hari Ibu)"

Posting Komentar